
Solo - Pelatih Timnas Putri Indonesia U-16, Timo Scheunemann, sangat bangga dengan perjuangan anak asuhnya untuk mengatasi tekanan psikologis saat menumbangkan Malaysia demi melaju ke semifinal Piala AFF Putri U-16 2025.
Dalam pertandingan terakhir Grup A yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo, Minggu (24-8-2025) malam WIB itu, Timnas Putri Indonesia U-16 menang 3-1 lewat gol Nasywa Salsabila Fatah(4'), Jazlyn Kayla Firyal (15'), dan Vivi Vera Vernanda (82').
Berkat hasil ini, Skuad Garuda Pertiwi menjadi pemuncak klasemen akhir Grup A dengan koleksi enam poin dari dua laga.
Timo mengakui, ini bukan pertandingan yang mudah karena Malaysia memberikan perlawanan yang sengit kepada anak asuhnya.
"Pertandingan yang berat buat kami karena Malaysia bermain dengan keras. Untung saja tidak ada yang cedera. Mereka bermain sesuai kemampuan mereka dan berusaha keras, dan itu menyusahkan kami," ujar Timo Scheunemann.
Blunder Bayindir saat melawan Arsenal bikin banyak orang meragukan posisinya di bawah mistar Manchester United. Tapi, pelatih Rben Amorim justru pasang badan dan menegaskan MU tidak butuh kiper baru.
Mulai Dapat Tekanan

Timo menjelaskan, pemainnya kini menghadapi tantangan baru. Setelah tampil apik pada laga pertama, Timnas Putri Indonesia U-16 mulai mendapatkan atensi dari publik.
Menjadi pemain yang terkenal, kata Timo, merupakan pengalaman baru bagi anak asuhnya sehingga hal ini memberikan efek tersendiri bagi psikologis pemain. Imbasnya, Jazlyn Kayla Firyal dkk. jadi tak bisa bermain lepas pada pertandingan kedua.
Timo berharap, anak asuhnya bisa belajar untuk mengelola situasi semacam ini.
"Ditambah lagi, para pemain karena mendapatkan atensi seperti itu saat melawan Timor Leste, perlu dipahami bahwa ini bukan Timnas senior. Jadi, tidak seharusnya mereka bisa mengatasi itu," ujarnya.
"Ini pertama kalinya mereka mendapat atensi seperti itu, tiba-tiba disapa oleh publik. Jadi, ini malah membuat mereka bermain tidak lepas pada pertandingan kedua ini. Jadi, inilah yang harus mereka pelajari," imbuh Timo.
Hadapi Banyak Tekanan

Menurut pelatih kelahiran Kediri itu, tekanan semacam ini memang datang dari banyak hal. Tak hanya dari fans maupun publik saja, sebab orang tua terkadang juga memberikan pressure, alih-alih menyediakan support untuk anaknya.
"Mereka masih harus belajar menghadapi tekanan publik dan tekanan dari diri mereka sendiri. Ada juga tekanan dari orang tua yang harus saya tengahi karena terkadang jadi kontra-produktif, orang tua memberikan tekanan, bukannya support," ungkap Timo.
Itulah mengapa, Timo bangga dengan perjuangan anak asuhnya mengatasi situasi semacam ini saat bertanding. Baginya, ini adalah sebuah pembelajaran berharga bagi pemain muda yang sedang berkembang.
"Mohon dibedakan antara pemain yang sedang berkembang dan pemain yang sudah senior. Jadi, saya memberikan respek kepada pemain saya karena mereka bisa mengatasi itu di laga ini, walaupun tidak semaksimal yang mereka bisa," imbuhnya.
Tantangan Psikologis

Selain itu, pelatih keturunan Jerman ini mengakui kondisi cedera satu di antara pemainnya, Jezlyn Kayla Azkha, yang mengalami cedera ACL memberikan beban psikologis tambahan bagi anak asuhnya.
Satu tim ikut merasa terpukul karena rekannya tersebut harus absen lama akibat cedera. Meski tak perlu naik meja operasi, Jezlyn diperkirakan harus menepi selama enam bulan untuk pemulihan.
"Tetapi, paling tidak mereka bisa meraih kemenangan karena sudah berjuang keras dan memperlihatkan kalau mereka bisa bermain. Itu yang saya syukuri dari pertandingan kami hari ini," kata Timo.
"Selain itu, tidak ada yang cedera juga. Tidak seperti laga pertama. Jezlyn mengalami cedera ACL. Mungkin ini juga yang membuat tim jadi tertekan secara psikologis. Mereka semua menangis," katanya lagi.